Laba Bersih Antam

Laba Bersih Antam Tembus Rp6,61 Triliun, Nikel Jadi Kontributor Utama

Laba Bersih Antam Tembus Rp6,61 Triliun, Nikel Jadi Kontributor Utama
Laba Bersih Antam Tembus Rp6,61 Triliun, Nikel Jadi Kontributor Utama

JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat kinerja keuangan gemilang pada Januari–September 2025. Laba bersih perusahaan tembus Rp6,61 triliun, naik 197% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,23 triliun.

Peningkatan ini ditopang penguatan segmen nikel dan penjualan emas. Strategi hilirisasi dan efisiensi operasional juga turut mendongkrak profitabilitas perusahaan plat merah ini.

Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, menegaskan pencapaian ini hasil dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat bisnis utama di sektor emas, nikel, dan bauksit. “Kami tidak hanya fokus pada kinerja keuangan, tetapi juga ingin menciptakan nilai jangka panjang melalui pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” kata Ardianto.

Pendapatan Naik Signifikan

Pendapatan Antam selama sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp72,03 triliun, naik 67% dibanding Rp43,20 triliun tahun sebelumnya. Dari total penjualan, emas menjadi kontributor terbesar dengan nilai Rp58,67 triliun atau sekitar 81% dari pendapatan.

Volume penjualan emas melonjak 20% menjadi 34,16 ton, dengan peningkatan nilai penjualan sebesar 64%. Lonjakan ini menunjukkan permintaan emas yang kuat dan strategi penjualan Antam yang efektif.

Sementara itu, penjualan nikel termasuk feronikel dan bijih nikel tercatat Rp11,15 triliun. Angka ini meningkat 83% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp6,10 triliun.

Produksi bijih nikel juga meningkat 72% menjadi 12,55 juta wet metric ton (WMT). Penjualan nikel melonjak 97% menjadi 11,23 juta WMT, menunjukkan efisiensi distribusi dan penyerapan pasar yang tinggi.

Proyek Hilirisasi Dorong Ekosistem Energi Baru

Keberhasilan Antam dalam meningkatkan profitabilitas diperkuat langkah strategis mempercepat proyek hilirisasi mineral. Perusahaan tengah membangun pabrik baterai terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, dan Halmahera Timur, Maluku Utara.

Proyek ini menjadi bagian penting dalam pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik nasional. “Dengan dimulainya pembangunan proyek baterai terintegrasi, Antam tidak hanya menjadi produsen bahan baku nikel, tetapi juga bagian dari rantai pasok industri energi baru dan terbarukan,” ujar Ardianto.

Selain nikel, Antam melanjutkan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah di Kalimantan Barat. Proyek ini menegaskan konsistensi perusahaan mendukung hilirisasi mineral nasional.

Hilirisasi mineral menjadi strategi kunci Antam untuk menghadapi tren global energi terbarukan. Perusahaan menempatkan diri sebagai pemain strategis dalam ekosistem baterai dan logistik mineral.

Kinerja Keuangan Solid dan Efisiensi

Dari sisi keuangan, Antam mencatat EBITDA Rp9,33 triliun, naik 137% dari Rp3,93 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba usaha juga melonjak 323% menjadi Rp7,89 triliun, dibanding Rp1,86 triliun pada 9M24.

Beban keuangan turun 41% menjadi Rp103,68 miliar berkat efisiensi dan pengurangan utang berbunga. Hal ini turut memperkuat posisi keuangan perusahaan dan meningkatkan daya saing.

Aset Antam naik 17% menjadi Rp48,07 triliun. Sementara ekuitas meningkat 16% menjadi Rp35,20 triliun, memperlihatkan struktur modal yang sehat dan kapasitas ekspansi yang baik.

Kinerja ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memadukan pertumbuhan pendapatan dengan efisiensi operasional. Strategi hilirisasi, peningkatan produksi, dan ekspansi proyek energi baru menjadi faktor pendorong utama.

Keberhasilan ini juga menegaskan Antam sebagai pemain utama di sektor pertambangan Indonesia. Selain emas dan nikel, proyek bauksit dan alumina menjadi pendukung diversifikasi bisnis perusahaan.

Permintaan global yang meningkat terhadap nikel untuk baterai kendaraan listrik menjadi peluang strategis bagi Antam. Pembangunan fasilitas baterai terintegrasi memperkuat posisi perusahaan dalam rantai pasok energi terbarukan.

Secara keseluruhan, pencapaian ini menunjukkan bagaimana kombinasi strategi hilirisasi, peningkatan produksi, dan efisiensi keuangan dapat mendorong pertumbuhan perusahaan. Antam berhasil membuktikan bahwa pertambangan yang berkelanjutan juga dapat menguntungkan secara finansial.

Dengan tren positif ini, perusahaan diproyeksikan mampu mempertahankan momentum pertumbuhan hingga akhir 2025. Strategi jangka panjang dalam hilirisasi mineral dan pengembangan ekosistem energi baru akan menjadi pilar utama keberlanjutan bisnis Antam.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index